Konstruksi Ideologi: Perkembangan Peradaban, Pengaruh, dan Dampak
Ideologi sebagaimana diketahui secara umum berarti sebuah pengetahuan terhadap pandangan hidup yang dapat diterapkan. Ideologi berasal dari Ideas (pandangan, gagasan, ide), logos (ilmu, pengetahuan, logika) yang diserap dari bahasa Yunani.
Berangkat dari pengertian ideologi secara klasik dari bangsa Yunani yang dianggap membangun peradaban Barat, dirumuskan secara konseptual tentang pandangan hidup, agar masyarakat memiliki bangunan peradaban yang baik, tatanan sosial-politik yang adil dan kebahagiaan merata merupakan konsepsi ideal dalam sebuah negara, sebagaimana diajarkan oleh filusup-filusup klasik seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.
Bangunan Awal Ideologi
Ideologi-ideologi yang berkembang saat ini merupakan metamorfosa dari ideologi klasik yang dihantarkan oleh para filusup klasik di masanya. Bangunan ideologi dalam perkembangannya selalu mengalami fase perjalanan Membangun (Ada) - Berkembang - Besar - Hancur - Lahir Kembali, terlepas perkembangannya menjadi ideologi yang besar atau tidak.
Letakan dasar perkembangan ideologi dimulai ketika Socrates yang pada mulanya sebagai pembuat/pembentuk patung (dipelajari dari sang ayah, sedangkan ibunya seorang bidan/dukun beranak) memilih beralih untuk membentuk watak manusia, mengingat pada masanya Socrates melihat sebuah pemerintahan negara kota (Athena-Yunani) mundur dari kegemilangannya dikarenakan dikuasai oleh tirani, sehingga membuat dirinya memikirkan masalah tatanan. Filosfi yang dihantarkan adalah mencari kebenaran. Baginya tahu akan pengetahuan merupakan budi, dan budi adalah intisari etik, disinilah faham rasionalitas dikembangkan. Kemudian dia menganggap bahwa kebijakan merupakan dasar dari sebuah negara ideal.
Setelah meninggalnya Socrates akibat hukuman negara dengan menelan racun, maka perjuangan dilanjutkan oleh muridnya, Plato. Dalam konsepsinya Plato selain meneruskan jejak, juga mengkritisi pemikiran gurunya. Plato menganggap Budi pekerti harus diurusi negara (bukan masalah individu), kemudian dia mengembangkan Analisis keadaan/kejadian (pemikiran empiris). Dalam pemikirannya juga Plato menanamkan prinsip kolektivisme, melarang hak kepemilikan dan berkeluarga bagi para penguasa, sedangkan kelas pekerja diperbolehkan memiliki hak milik dan berkeluarga. Plato menganggap dengan adanya hak kepemilikan oleh individu dan penguasaan keluarga hanya akan menyebabkan tirani dan kesewenang-wenangan atas nafsu yang dimiliki manusia, maka untuk itu harus dibatasi hak-haknya oleh negara.
Selanjutnya filusup Aristoteles yang merupakan murid Plato menanamkan nilai-nilai Empiris-Realis, dia mengantarkan pada logika berfikir. Dia juga memandang manusia sebagai binatang politik (Zoon Politicon), menghendaki adanya kepemilikan individu dan berkeluarga, serta menanamkan konsep kehidupan sosial yang ideal, memandang tidak perlunya melebih-lebihkan dalam hal ekonomi (riba). Aristoteles memandang konstitusi ideal itu merupakan campuran dari oligarki dan demokrasi. Dia menelurkan konsep negara yang terdiri dari Monarki, Aristokrasi dan Demokrasi.
Dari pemikiran ketika filusup Yunani tersebut, konon menyebabkan perubahan besar terutama dalam konteks politik, sosial, tata kepemerintahan. Dalam konteks politik terutama dapat kita lihat aliran besar ideologi seperti sosialisme, komunisme, liberalisme, kapitalisme sangat terpengaruh oleh pemikiran filusup-filusup tersebut.
Yahudi dan Kristen Mewarnai Eropa
Ajaran klasik dari pemikiran ideal sebuah negara yang dibangun pada peradaban kuno, dilanjutan oleh para pemikir di Abad-abad baru (New Era). Yahudi diyakini membangun peradaban barat modern. Mereka meyakini bahwa paulus merupakan pendiri agama kristen, juga dianggap sebagai formulator konsep trinitas (Tuhan bapak, tuhan anak dan roh kudus). Pada fase ini kita juga akan menemukan nama Reuclin yang merupakan avant gate intelektual membangun kota dengan aktifitas ekonomi, pendidikan, dan publikasi ilmiah yang menyebabkan terjadi perkembangan intelektual begitu pesat, selain itu terjadi ekspansi kapitalisme di Italia dari faham yang dibawanya.
Pada era modern kelak kelompok Yahudi menyumbangkan para pemikir besar seperti Marx, Hegel, Nitzche, Rusell, John Stuard Mill, Darwin dan lain sebagainya. Disinilah konsep liberalisme-kapitalisme, sosialisme, komunisme, nasionalisme, rasionalisme, dan faham-faham besar lainnya lahir.
Dalam peradaban kristen konsep kapitalisme semakin dikuatkan, sebagai mana selesainya masa gelap (dark ages) Eropa terjadi perubahan arus besar yaitu reformasi gereja oleh beberapa tokoh Martin Luther dan Jeans Calvin. Dalam konsepsi politik Calvin lebih mencolok, semangat kapitalisme pada Protestan yang dibawanya yaitu bekerja merupakan panggilan tuhan dan penghematan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari merupakan ibadah, pada akhirnya berlomba memupuk kekayaan sehingga menyebabkan persaingan ekonomi menjadi dinamis.
Timur membangun Barat
Terdapat sebuah missing link (alur yang terputus) antara peradaban Yunani, Romawi sampai kepada peradaban modern. Kita mempelajari kemajuan barat, namun pada memasuki abad pertengahan Eropa dikemeluti oleh masa-masa gelap dan kemunduran moralitas. Jika kita baca, tidaklah mungkin peradaban kembali pada kemajuannya jika tidak dibawa dan dicerahkan. Jika kita pelajari Barat tanpa mempelajari pengaruh islam pada abad pertengahan Eropa, maka tidak akan ditemukan perhubungan peradaban dari masa kuno sampai masa maju. Karena yang menghubungkan diantaranya adalah konsepsi pemikiran islam.
Ibnu Rusyd (dikenal sebagai Averros di Eropa) mengembangkan filsafat rasionalisme, yang pada masa kuno dibawa oleh Aristoteles. Ibnu Rusyd membangun teori kekekalan benda (enternity of metter), panteisme, kefanaan jiwa ( immortaly of the soul). Dari teori-teorinya membawa arus besar perubahan di Eropa, yang kemudian pada abad-abad sesudahnya muncul Marxisme dan Darwinsime yang jelas dipengaruhi faham Rusyd.
Tokoh lainnya ada Al-Farabi (di Eropa dikenal sebagai Alpharabius) yang membangun konsep Siyasatu al Madaniah (ekonomi politik) dan Madinatul Fadilah (Negara utama). Dia dikenal sebagai ilmuwan, hakim, jaksa, politisi. Banyak karya-karyanya dalam bidang ilmu alam, metafisik, taukhid, politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Dalam konsep politik dan kenegaraan, jelas Al-Farabi sangat dipengaruhi oleh Plato, ia juga menterjemahkan karangan plato ke bahasa Arab yang kemudian banyak diterjemahkan dalam banyak bahasa berjudul (assumary of plato laws). Hebatnya al-Farabi dapat menggabungkan berbagai konsep yang sudah ada menjadi satu konsep utuh yang baru (metodenya kelak menjadi konsep marxisme).
Dilain sosok ada Ibnu Khaldun, yang sering disebut tokoh terakhir era filsafat dan awal dari era global. Ibnu khaldun membawa konsep sosiologi, metodologi empirik pada ilmu sosial merupakan karyanya yang nyata dan masyhur, ia memberi formulasi teoritis mengenai faham matrealisme sejarah (yang kelak diguankan Marx dan Engel dalam metodologinya).
Dari uraian tersebut jelaslah, bahwa Islam membawa cahaya pada masa gelap Eropa, sehingga pada akhirnya dalam mengupas peradaban Barat tidak dapat dilepaskan pada pengaruh Islam disana. Semua jadi sebuah satu kesatuan dari masa kuno, pertengahan dan modern.
Hidupnya Ideologi & Pengaruhnya
Setelah filsafat klasik (Yunani) dan pertengahan masuk (Islam) di Eropa, maka yang perlu dilakukan adalah membuat konsep baru dengan menggabungkan teori-teori yang sudah ada sebelumnya yang kaya di perpustakaan-perpustakaan Universitas di Eropa.
Ada beberapa kemungkinan sebuah ideologi dapat lahir pertama, diinspirasikan oleh sosok yang luar biasa dalam sejarah bangsanya, sehingga dapat membawa inspirasi terhadap munculnya pemikiran baru akan masalah-masalah yang ada untuk dirumuskan menjadi sebuah penyelesaian yang ideal.
Kedua, berdasarkan alam fikiran masyarakat, yang artinya adalah lahir dari kehendak masyarakat/kelompok masyarakat untuk menata dan mengatur kehidupan masyarakat agar dapat dipatuhi secara sukarela. Ketiga, berdasarkan keyakinan yang bersifat universal, ideologi semacam ini biasanya dibawa oleh agama, atau dengan kata lain bersifat primordial.
Ideologi memiliki dimensi untuk bertahan antara lain dimensi realitas, dimensi idealisme dan dimensi fleksibilitas. Apabila tiga dimensi tersebut sesuai dengan perubahan pada zamannya, maka ia dapat bertahan lama. Biasanya ideologi yang bersifat kaku dan menekan tidak mampu menahan kerusakan bahkan kehancuran.
Ideologi berangkat dari filsafat, aliran filsafat akan membentuk ideologi tertentu sesuai dengan relevansi wilayah dan masanya. Pertama aliran filsafat idelisme (filosofi of idealism) kemudian melahirkan ideologi Liberalisme-Kapitalisme yang mengemukakan bahwa konteks hubungan negara dengan agama adalah terpisah, walaupun di dalamnya agama memiliki peran untuk setiap individunya, sehingga pandangan hidup seorang Liberalis cenderung sekuler moderat. Konsep kapitalisme menyebabkan berkembangnya imperialisme, sehingga terjadi penindasan-penindasan kaum rendah. Dari segi ekonomi, hanya pemilik modal lah yang dapat hidup secara nyaman, karena mereka memiliki segalanya untuk dikuasai.
Kedua, aliran filsafat matrealisme (filosofi of matrealism) yang melahirkan sosialisme komunisme yang cenderung mengedepankan kolektivisme, perjuangan kelas dan revolusi. Materi (ekonomi) dianggap sebagai jalan untuk merubah sejarah. Ideologi ini juga dianggap sebagai penghambat kapitalisme. Dalam pemahaman ideologi ini kemudian menutup ruang gerak agama dalam menjalankan perannya, sebagaimana diterapkan Lenin di Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya. Namun tidak bisa diartikan secara general komunisme itu anti terhadap agama. Karena pada beberapa negara, justru menerapkan konsep sosialisme beriringan dengan konsep spiritual. Misal di Indonesia, sosialisme pada masa pergolakan revolusi fisik tumbuh subur dimana-mana untuk menentang kapitalisme barat yang dianggap menindas dan menghisap rakyat. Ajaran agama, terutama agama islam juga turut menyuburkan faham sosialsme-komunisme di Indonesia, dimana awal berdirinya dirintis oleh kalangan pemuka agama berhaluan kiri yang berada pada Sarekat Islam (SI) selanjutnya kalangan ini disebut SI merah.
Ketiga, gabungan filsafat idealisme dan matrealisme menumbuhkan ideologi fasisme yang sangat gandrung akan kesukuan, menciptakan sebuah nasionalisme yang bersifat chauvinisme, akhirnya mengakibatkan kesemana-menaan merajalela, bahkan membunuh kaum diluar golongannya dianggap perbuatan baik (seperti faham nazisme yang menganggap suku Arya merupakan tertinggi di Jerman, begitupula Jepang yang menganggap saudara tua di Asia). Namun ideologi yang bersifat terlalu ketat seperti ini tidak mampu bertahan lama, dikarenakan akan mendapatkan pertentangan secara luas bagi kaum yang dianggapnya rendah.
Terakhir, filsafat teologisme (filosofi of theologism) yang membawa paham agama yang merupakan ajaran tuhan memegang peran utama dalam kehidupan politik-kenegaraan, kemudian pemuka agama menjadi tokoh yang dikultuskan (seperti pengaruh gereja vatikan di Roma). Ada juga dari aliran filsafat ini yang menganggap bahwa ajaran tuhan sebagai sumber inspirasi, motivasi dan ekspresi dalam melaksanakan arah kebijakan. Ajaran tuhan diposisikan sebagai faktor integratif dan pencerahan (seperti negara-negara islam yang menerapkan prinsip keislaman sebagai guidens).
Dampak Ideologi
Ideologi liberalisme-kapitalisme memberikan dampak besar dalam globalisasi. Dari segi politik, liberalisme memegang konsep demokrasi, dimana sebuah negara dalam menjalankan program-programnya harus berdasarkan kepentingan pemilik modal, karena dengan menjembatani pemilik modal negara akan meraih keuntungan besar. Kemudian pemimpin harus dipilih secara langsung, karena menggambarkan sebuah keinginan proses yang demokratis dan bebas, namun memiliki batasan.
Pada segi ekonomi adalah kapitalisme, dimana pemodal besar akan mendapatkan porsi yang besar pula untuk dilindungi, karena kapitalisme menganggap investasi ekonomi akan memberikan dampak positif pada sebuah negara. Artinya negara cenderung diprivasitasi oleh pemodal besar, maka disini imperialisme akan bekerja, karena setiap pekerja harus mengabdi pada pemilik modal.
Sosisme-Komunisme membentuk sebuah negara yang memiliki pandangan bahwa setiap rakyat yang dimilikinya adalah milik negara, maka rakyat tidak berhak atas kepemilikan. Semua milik negara, maka segala sesuatunya harus diatur negara. Pada pemahaman ini, merupakan kontradiksi dari ideologi liberalisme. Dalam segi pemerintahan cenderung diktator (sering disebut diktatoriat ploretar).
Pada aspek ekonomi merupakan ekonomi sosialisme, dimana pekerja merupakan lokomotif pembangunan sebuah negara. Ekonomi yang melindungi kaum proletar (pekerja) untuk memiliki penghidupan yang cukup, dalam prinsip ekonomi ini tidak menghendaki adanya kepemilikan modal secara individu dan menolak persaingan. Maka asas sama rasa menjadi kuat dan ekonomi kolektivitas menjadi maju pada negara ini. Namun berbeda apabila case nya China, dia membuat sistem sosialis komunis begitu kuat di negaranya, namun untuk menghidupi kebutuhan rakyatnta, ia menerapkan kapitalisme dalam persaingan global. Ini menandakan bahwa China lebih lentur (fleksibel) dalam menjalankan kebijakan internasionalnya, sehingga mampu menjadi negara raksasa ekonomi baru. Berbeda dengan Soviet yang runtuh karena prinsip yang dipegang begitu kaku.
Faktor ideologi yang bersifat agama pada dunia ialah, merebaknya pandangan positif terhadap pembangunan spiritualitas masyarakatnya. Konsepsi syari'at memberi jawaban atas krisis global yang teejadi. Dalam ekspresinya pada dunia modern saat ini, tidak ada negara yang secara murni menerapkan konsepsi negara theokrasi. Namun dalam prinsip kehidupan dilakukan setiap orang, bahkan sampai kepada kebijakan-kebijakan negara, cenderung juga dipengaruhi landasan keagamaan.
Faktor ideologi yang bersifat agama pada dunia ialah, merebaknya pandangan positif terhadap pembangunan spiritualitas masyarakatnya. Konsepsi syari'at memberi jawaban atas krisis global yang teejadi. Dalam ekspresinya pada dunia modern saat ini, tidak ada negara yang secara murni menerapkan konsepsi negara theokrasi. Namun dalam prinsip kehidupan dilakukan setiap orang, bahkan sampai kepada kebijakan-kebijakan negara, cenderung juga dipengaruhi landasan keagamaan.
Seperti di Indonesia, walaupun berasaskan Pancasila namun pertimbangan-pertimbangan keagamaan masih dilakukan, karena kebijakan agama dianggap sakral.
Kesimpulan
Pada dasarnya perkembangan ideologi yang ada pada masa sekarang merupakan galian dari filsafat klasik masa Yunani, Romawi, Kristen dan Islam.
Dasar pemikiran filusuf Yunani-Romawi kemudian digali dan dikembangkan ilmuwan muslim, seterusnya berkembamg menjadi Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme oleh kelompok Yahudi-Kristen.
Ideologi yang berkembang saat ini menyebabkan, persaingan akan kebutuhan semakin tinggi. Artinya ideologi menyebabkan timbulnya pemikiran-pemikiran baru untuk membuat aliran ideologi itu tetap resisten terhadap gangguan
Dari beberapa case negara yang menerapkan ideologi-ideologi tadi jauh lebih lentur dalam mempertahankannya. Sehingga keberadaan ideologi tersebut mampu hidup dalam waktu yang cukup lama.
Dari beberapa case negara yang menerapkan ideologi-ideologi tadi jauh lebih lentur dalam mempertahankannya. Sehingga keberadaan ideologi tersebut mampu hidup dalam waktu yang cukup lama.
Ideologi yang bersifat keagamaan lebih cenderung menjadi penuntun hidup setiap individu dalam setiap negara, yang biasanya ikut dalam pertimbangan kebijakan. Karena tidak ada negara modern yang menerapkan secara utuh konsep negara agama (theokrasi).
Komentar
Posting Komentar