KPMPL (KOMITE PELAJAR DAN MAHASISWA PEMBERSIH LINGKUNGAN) MENYERUKAN SELAMATKAN REFORMASI DAN LAWAN KEBANGKITAN ORDE BARU

                                   Dok.pembebasan manado


Manado (29/9/2017) - Komite Pelajar dan Mahasiwa Pembersih Lingkungan (KPMPL) yang tergabung di dalamnya organisasi mahasiswa PEMBEBASAN (Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan nasional) dan beberapa individu pro-demokrasi, melakukan aksi serentak di Manado dengan tema “ Selamatkan Reformasi dan Lawan Kebangkitan Orde Baru. Sebanyak 37 orang massa aksi terlibat di dalamnya.

KPMPL mulai melakukan aksi tepatnya di pertigaan menuju Universitas Samratulangi (UNSRAT) sekitar pukul 08:25 WITA.

Dalam tuntutan aksinya, KPMPL menyerukan beberapa tuntutan kepada pemerintah, diantaranya: menuntut pemerintah membuka ruang demokrasi seluas-luasnya agar rakyat Indonesia dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, jamin kebebasan berpendapat dan berkumpul, laksanakan reformasi secara menyeluruh di segala bidang, usut tuntas dan penjarakan pelaku juga dalang penyerangan gedung YLBHI-LBH Jakarta.

Selain tuntutan itu, KPMPL juga menyuarakan, tolak dan tutup pertambangan yang merugikan rakyat, pidanakan pelaku represi oleh militer terhadap kawan-kawan di Ternate. Tidak hanya menuntut kepada pemerintah, KPMPL juga mengajak kepada mahasiswa dan rakyat agar menjaga ruang demokrasi yang telah diusahakan oleh orang-orang terdahulu- yaitu orang-orang yang telah terlibat secara sadar menjatuhkan rezim militer orde baru..

Menyerukan agar Mahasiswa dan Rakyat Berorganisasi
Pada Pukul 08:35 WITA, massa aksi tiba di Universitas Samratulangi tepatnya di depan Fakultas Ilmu Pemerintahan. Satu persatu massa aksi menyampaikan pandangan politiknya sambil membagibagikan selebaran kepada massa mahasiswa yang ada di kampus. Massa aksi terus menyerukan dan mengajak kepada mahasiswa untuk berorganisasi dan berjuang menuntut keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat tertindas dan juga menyerukan agar bersama-sama menjaga demokrasi yang semakin di cekik oleh aparat dan pemerintah.

Tak lama kemudian sekitar pukul 08:48 WITA, datang seorang wartawan dari Metro TV Manado lalu mewawancarai Korlap. Setelah massa aksi menyampaikan pandangan politiknya di Universitas Samratulangi dan usai diwawancarai oleh media dari Metro TV Manado, pukul 08: 50 massa aksi kemudian beranjak rute kedua, Pertigaan Bolevard Bahu.

Sesampainya di Pertigaan Bolevard Bahu, terlihat sekitar 10 orang aparat kepolisian berseragam lengkap dan 2 orang intel Polres berpakaian preman berdatangan untuk mengawal massa aksi. Massa aksi terus mengkampanyekan persoalan-persoalan yang terjadi, seperti pertambangan yang merusaki lingkungan, demokrasi yang terus terancam, represi aparat terhadap gerakan pro demokrasi, dan penyerangan Gedung YLBHI-LBH Jakarta beberapa waktu lalu dan menuntut agar melakukan reformasi di segala bidang demi keadilan dan kesejahteraan rakyat. Massa aksi juga menyerukan kewaspadaan kebangkitan kembali Orde Baru.

Kevin yang juga bagian dari massa aksi menyerukan dalam orasinya bahwa “Jangan Sampai Sisa-sampah Orde Baru kembali berkuasa, karena dalam catatan sejarahnya, Orde Baru hanya menyengsarakan rakyat dan tak ada demokrasi dan keadilan bagi rakyat saat itu, oleh karenanya kita harus terus menerus-menjaga demokrasi dengan cara mengajarkan dan memperkenalkan kepada rakyat bagaimana demokrasi yang sesungguhnya, dan mengajak rakyat untuk berorganisasi, karena dengan organisasi, rakyat bisa berjuang menuntut keadilan”.

Jokowi JK bukan Solusi, Rakyat harus Bersatu
Seusai massa aksi menyampaikan pandangan politiknya di Pertigaan Bolevard Bahu, massa aksi kemudian beranjak ke Mega Mall, yang menjadi rute terakhir. Sepanjang perjalanan menuju ke Mega Mall, massa aksi terus-menerus menyampaikan pandangan politinya secara bergantian.
Pada pukul 10:10 WITA, massa aksi tiba di Mega Mall dan terus dikawal oleh kepolisian dan 3 intel militer. Di rute terakhir ini, massa aksi menyampaikan bahwa pemerintah saat ini tidak akan pernah menjawab persoalan rakyat dan tidak bisa mengeluarkan rakyat dari jeratan kemiskinan, juga menyampaikan bahwa Pemerintahan Jokowi-Jk hanya mengalirkan kemakmuran kepada segelitir orang.

Rudi Amir menyampaikan bahwa “Pemerintahan Jokowi-JK adalah agen imprealisme sehingga sudah pasti regulasi yang dibuat pemerintah hanya untuk kepentingan kapitalis, oleh karenanya mengekang sedalam-dalamnya jantung dari kesejahteraan rakyat”, selanjutnya kawan Rudi menyerukan agar “rakyat harus sadar bahwa seluruh partai Politik warisan sampah zaman bukan alternative dari kemauan rakyat, saatnya rakyat harus bersatu, berorganisasi, dan melawan”.

Sebagai penutup aksi dan demi menjaga semangat, massa aksi kemudian menyanyikan lagu-lagu perjuangan, sambil terus meneriakkan seruan-seruan pekik perlawanan kepada kekuassan, bahwasannya, untuk melawan penindasan maka dibutuhkan persatuan antara rakyat tertindas dengan mahasiswa. Seruan tentang pentingnya persatuan yang disuarakan oleh salah seorang orator dan lagu-lagu perjuangan yang dinyanyikan massa aksi, menjadi penanda usainya aksi yang dilakukan KPMPL. (LT)

Komentar